Senin, 19 November 2012

Coretan Kuas Mungilku

Aku pernah bercerita pada langit, jika aku bermimpi menjadi kuas. Kuas yang mampu melukis di atas kanvas. Kuas yang berperan penting dalam pembuatan sebuah lukisan. Kuas yang kecil namun tanpa di sadari memiliki fungsi yang luar biasa. Tanpa kuas akankah kanvas mampu melukis dengan sendirinya?

Aku pernah bercerita pada udara, jika aku ingin menjadi angin. Ya, angin yang kehadirannya hanya bisa dirasakan, tanpa di sentuh apalagi di genggam. Tanpa pernah ada yang menghiraukan apakah angin pernah berdecit? Setidaknya mengeluarkan sedikit suara sayatan.

Hhmmm...
Jika kali ini aku bertanya dan bukan bercerita akankah bintang mampu menjawab. Apa yang kau tahu dari definisi waktu?

Diam. Kenapa kau hanya diam. Apakah kau meminta ku terlebih dahulu mengeluarkan argumen. Ya, mungkin lebih baik begitu. Menurutku definisi waktu adalah masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Ya, masa lalu. Masa lalu yang hidup bersama kenangan. Tentang warna hidupku dulu.

Merindukannya?
Bolehkah ku lakukan?
Jika di langgar pun aku takkan peduli. Aku akan selalu merindukannya. Di setiap helaan nafas. Di setiap denyutan nadi selalu akan ada masa lalu di hatiku. Meski nanti sedikit cerita itu akan pudar, namun tiada yang mampu merubah mutiara menjadi besi berkarat. Meski ia akan hilang, tiada yang mampu merubah kodratnya dari kepingan cerita lama.

Sekarang.
Apakah kau tahu bintang?
Aku punya banyak rahasia yang memang harus ku pendam sendiri. Tanpa berbagi, tanpa memberinya sedikit cela kecil agar bisa lepas dari penjaraku.
Kau tahu itu kenapa?
Sepertinya kau pun tak perlu tahu itu.

Kau tahu bintang. Aku lelah dengan semua keadaanku. Lelah jika harus terus bertahan. Lelah jika harus terus berteman dengan hujan. Hujan yang selalu mengguyurku dengan elegi berlanjut. Menyerang ku dengan peluru yang terus menerus tanpa henti. Yang selalu menekan kesunyian. Menghadirkan kesepian. Dan selalu menjadi teman di kala sungai kecil mulai mencari tempat bermuara.

Sekarang semua kembali hitam. Tanpa warna jelas yang mampu membuatku tertawa. Tanpa warna pasti yang mampu membuat hariku menari bebas.

Dan sekarang aku mulai jatuh!
Berteman dengan pekat malam bukan hal baru untukku.
Tersenyum dalam tangis bukan hal biasa lagi untukku.
Dan tertawa hambar pun sudah biasa ku lakukan.

Kau tahu bintang apa yang mampu membuatku bisa bertahan hingga detik ini?
Kau tahu?
Jawabanku hanya satu SAHABATKU.

Masa yang akan datang.
Tak ada yang ku ketahui. Tak ada yang bisa kuduga apa yang nanti akan terjadi. Bahkan aku pun penasaran apa yang akan terjadi pada ending kehidupanku. Di saat nafasku mulai memburu. Di saat kesakitan akan mulai merajalela di tubuhku. Apa yang akan terjadi ? Akankah kepingan masa lalu itu datang ? Setidaknya memberi kado indah berbungkus senyum manis yang akan mengantar kepulanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar