Bengkulu,
14 Mei 2015
Teruntuk
Saudara-saudariku yang lembut hatinya
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Kepada
kalian para aktivis dakwah tangguh yang insha allah calon penghuni surga-Nya, ku
kirimkan risalah penuh cinta di setiap rangkaian kata yang tergores.
Kepada
kalian para aktivis dakwah tangguh yang insha allah calon penghuni surga-Nya,
yang selalu bersemangat mengobarkan syi’ar islam, mencuri-curi waktu di antara
kesibukan duniawi.
Kepada
kalian para aktivis dakwah tangguh yang insha allah calon penghuni surga-Nya,
yang tak rela jika agamanya dilecehkan mahkluk-makhluk jahil yang
mengatasnamakan islam namun justru menghancurkan pelan-pelan. Menghalalkan yang
haram, mengharamkan yang halal. Na’udzubillah
Saudara-saudariku,
Para
aktivis dakwah tangguh yang insha allah calon penghuni surga-Nya. Entahlah apa
yang harus ku tuangkan dalam secarik kertas ini, aku sendiri bingung harus
memulainya dari mana. Diksi-diksi yang biasa dimainkan terasa tak cukup layak
untuk digunakan. Namun, aku percaya sesederhana apapun kata-kata yang ditulis,
jika kita menulisnya dengan hati, maka insha allah orang lain juga akan
membacanya dengan hati.
Menyadari
diri yang tak setangguh kalian pun ilmu yang tidak setinggi kalian. Komitmen
yang kadang kuat kadang kendur, loyalitas yang jauh di bawah kalian, sungguh
aku malu akhi, aku malu ukhty.
Menyadari
usia yang bertambah setiap detiknya pertanda jatah waktu untuk hidup semakin
berkurang. Semakin berkurangnya jatah waktu untuk hidup, semakin dekatlah
dengan kematian. Semakin dekat dengan kematian, semakin aku terpojok. Karena
sadar diri yang masih tergopoh-gopoh dalam menuju ridha Allah.
Ketika
aku mulai sadar, disinilah jalan ku untuk pulang. Disinilah rumahku. Disinilah
saudara-saudariku berada. Dimana kedamaian bermuara. Dimana kalian yang selalu
mengingatkan, jika salah satu alpa bersyukur. Alpa beribadah. Alpa akan makna
kebahagiaan hakiki.
Untuk
kita yang sedang diserang virus merah jambu.
Virus
yang konon katanya berbahaya jika salah mengartikan, namun virus yang
menjangkit kita berbeda. Virus ini justru semakin menguatkan kita untuk terus
istiqamah berada di jalan ini. Virus yang justru membakar semangat untuk terus
mengobarkan syi’ar-syi’ar islam. Untuk terus mempertahaankan agama Allah di
tengah maraknya pelecehan-pelecehan terhadap Islam.
Saudara-saudariku,
Cinta
ini karena Allah. Karena Allah yang menyatukan kita dalam ukhuwah ini. Allah
yang perlahan menuntun hati dan memberikan hidayah kepada kita untuk tetap
bertahan di jalan ini. Meski berliku. Terjal. Penuh rintangan. Namun, selalu
ada alasan untuk bertahan.
Akhi,
Ukhty,
Bersyukurlah.
Karena sungguh kalian adalah orang-orang pilihan yang memantapkan hatinya untuk
ada di jalan ini. Di saat yang lain terlena akan silau duniawi. Di saat yang
lain alpa cara bersyukur. Terlelap dalam selimut tebalnya. Kalian justru sedang
bersimbah air mata di penghujung malam. Menaangis sejadi-jadinya di atas
sajadah.
Akhi,
Ukhty,
Ukhuwah
ini begitu indah. Meski aku jarang ikut berkumpul dengan kalian, namun aku tahu
selalu ada cinta disini. Saling mendo’akan adalah tanda cinta yang paling
indah, yang paling istimewa. Tiada hal yang lebih romantis selain saling
mendo’akan.
Aku
bersyukur ketika Allah mengizinkan aku bertemu kalian dan mengikatnya dalam
jalinan ukhuwah ini. Setiap episode yang tercipta adalah rangkaian perjalanan
menuju keridhaan-Nya.
Seperti
yang tertulis di dalam Al-Qur’an, Surah As-Saff : 4
Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Sungguh,
ukhuwah ini begitu indah.
Ribuan kata tak akan pernah cukup untuk
mewakili isi hati yang tengah di landa virus merah jambu. Hanya do’a penawar
dari segala rasa.
Ya Rabb ku mohon kokohkanlah kami di jalan-Mu,
jalan para Nabi, jalan para Syuhada dan Dai-dai yang ikhlas di jalan-Mu.
Ya Rabb, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu,
hingga akhir hayat kami.
Aamiin…
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar