Senin, 31 Desember 2012

Good Bye 2012

Good Bye 2012

Mungkinkah kata itu pantas di ucapkan ?

Kita mulai cerita dari awal tahun 2012.
Awal mula kisah yang dulunya hanya memberikan warna muram di setiap harinya. Di mulai dengan kehilangan orang-orang tersayang. Hingga wajah-wajah baru bermunculan.

Mereka yang hadir dengan membawa cerita lama atau mereka yang hadir dengan membawa cerita baru.
Mereka yang hadir bersama kenangan yang akan di kenang di hari nanti.

Ada yang datang membawa tawa, namun juga ada yang membawa kesedihan.
Ada yang datang membawa senyum, namun juga tak jarang ada yang membawa belati.
Ada yang datang dengan suka, namun akhirnya berujung duka.
Ada yang datang dengan harapan, namun akhirnya menyisakan kepiluan.
Ada yang datang menjanjikan pelangi, namun sebelumnya ia menciptakan hujan.

Ya, mereka hadir silih berganti sesuai dengan porsinya masing-masing.
Meninggalkan kado istimewa yang harus di buka bila saatnya.

Orang bijak sering berkata.
Setiap orang hadir bukan tanpa alasan.

Mereka yang hadir dengan kesederhanaan, mengajarkanku untuk selalu menghargai hidup.
Mereka yang hadir dengan tawa behagia, mengajarkan aku untuk selalu merasa riang.
Mereka yang hadir dengan senyum yang beraneka ragam, mengajariku untuk selalu bisa tersenyum dalam keadaan tersulit sekalipun.
Ya, mereka adalah kado terindah untukku.

Bukan hanya mereka, tapi kisah yang mereka bawa juga meninggalkan kesan tersendiri.
Mungkin memori penampung daya ingatku, memang terbatas untuk mengingat semuanya tapi tidak dengan hatiku.
Kerena disitulah semua akan selalu tertata dengan apik di buku harian perjalanan hidupku.

Seiring dengan pergantian waktu mungkin sedikit demi sedikit kisah yang telah terangkai akan mulai terkikis. Di hapus masa yang akan datang. Lukisan-lukisan lama yang sebelumnya menghiasi setiap ruang di bilik kalbu juga mungkin akan saling bertukar posisi. Tapi percayalah tidak akan ada satu pun yang ku hempaskan begitu saja. Tidak akan ada satu helai pun yang akan aku sia-siakan. Tidak ada satu pun yang akan ku izinkan untuk keluar dari sangkar penyimpan cerita. Karena semua tlah lama menyatu di dasar sanubari.

Banyak cerita yang aku fikir tlah terkubur, mungkin nanti akan kembali bangkit di waktu yang tak terduga. Karena habisnya waktu 2012 bukan penentu berakhirnya kisah di tahun ini. Kisah itu akan selalu mendapat pembaruan selama nafas masih berhembus. Selama Tuhan masih memberi kesempatan untuk menjalani hidup.

Untaian kata tak akan cukup untuk mewakili semua emosi yang berusaha ku atur sedemikian rupa.
Sejuta kata maaf dan terima kasih itu belum cukup untuk hanya di wakilkan dengan kata.

Ya, semoga cerita yang tertuang di tahun ini akan selalu menghadiahkanku sebuah senyuman di hari nanti.

Selamat tinggal 2012.
Selamat datang 2013.
Selamat datang cerita.
Selamat datang harapan baru.

Selasa, 20 November 2012

ƸӜƷ Kamu ƸӜƷ


Kau hadir di suatu masa, mengusik setiap gemercik tawa yang tercipta.
Menorehkan kisah indah pelengkap bumbu duniawi.
Membawa terbang semua angan.
Menghadirkan sesuatu yang ku sebut CINTA.

Kau hadir di suatu cerita, warnai lukisan hidup.
Lengkapi diary kalbu.
Memberikan ukiran senyum.
Menciptakan kebahagiaan.

Senin, 19 November 2012

Coretan Kuas Mungilku

Aku pernah bercerita pada langit, jika aku bermimpi menjadi kuas. Kuas yang mampu melukis di atas kanvas. Kuas yang berperan penting dalam pembuatan sebuah lukisan. Kuas yang kecil namun tanpa di sadari memiliki fungsi yang luar biasa. Tanpa kuas akankah kanvas mampu melukis dengan sendirinya?

Aku pernah bercerita pada udara, jika aku ingin menjadi angin. Ya, angin yang kehadirannya hanya bisa dirasakan, tanpa di sentuh apalagi di genggam. Tanpa pernah ada yang menghiraukan apakah angin pernah berdecit? Setidaknya mengeluarkan sedikit suara sayatan.

Hhmmm...
Jika kali ini aku bertanya dan bukan bercerita akankah bintang mampu menjawab. Apa yang kau tahu dari definisi waktu?

Diam. Kenapa kau hanya diam. Apakah kau meminta ku terlebih dahulu mengeluarkan argumen. Ya, mungkin lebih baik begitu. Menurutku definisi waktu adalah masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Ya, masa lalu. Masa lalu yang hidup bersama kenangan. Tentang warna hidupku dulu.

Merindukannya?
Bolehkah ku lakukan?
Jika di langgar pun aku takkan peduli. Aku akan selalu merindukannya. Di setiap helaan nafas. Di setiap denyutan nadi selalu akan ada masa lalu di hatiku. Meski nanti sedikit cerita itu akan pudar, namun tiada yang mampu merubah mutiara menjadi besi berkarat. Meski ia akan hilang, tiada yang mampu merubah kodratnya dari kepingan cerita lama.

Sekarang.
Apakah kau tahu bintang?
Aku punya banyak rahasia yang memang harus ku pendam sendiri. Tanpa berbagi, tanpa memberinya sedikit cela kecil agar bisa lepas dari penjaraku.
Kau tahu itu kenapa?
Sepertinya kau pun tak perlu tahu itu.

Kau tahu bintang. Aku lelah dengan semua keadaanku. Lelah jika harus terus bertahan. Lelah jika harus terus berteman dengan hujan. Hujan yang selalu mengguyurku dengan elegi berlanjut. Menyerang ku dengan peluru yang terus menerus tanpa henti. Yang selalu menekan kesunyian. Menghadirkan kesepian. Dan selalu menjadi teman di kala sungai kecil mulai mencari tempat bermuara.

Sekarang semua kembali hitam. Tanpa warna jelas yang mampu membuatku tertawa. Tanpa warna pasti yang mampu membuat hariku menari bebas.

Dan sekarang aku mulai jatuh!
Berteman dengan pekat malam bukan hal baru untukku.
Tersenyum dalam tangis bukan hal biasa lagi untukku.
Dan tertawa hambar pun sudah biasa ku lakukan.

Kau tahu bintang apa yang mampu membuatku bisa bertahan hingga detik ini?
Kau tahu?
Jawabanku hanya satu SAHABATKU.

Masa yang akan datang.
Tak ada yang ku ketahui. Tak ada yang bisa kuduga apa yang nanti akan terjadi. Bahkan aku pun penasaran apa yang akan terjadi pada ending kehidupanku. Di saat nafasku mulai memburu. Di saat kesakitan akan mulai merajalela di tubuhku. Apa yang akan terjadi ? Akankah kepingan masa lalu itu datang ? Setidaknya memberi kado indah berbungkus senyum manis yang akan mengantar kepulanganku.

Senin, 13 Agustus 2012

Semua Berbeda

Bukan aku ingin membandingkan, tapi semua memang berbeda sejak pertama kali ku injakkan kaki di tempat ini. Atmosfir ruangan yang selalu di sesaki perbedaan yang kental, hingga terlalu sulit untuk di cairkan. Sangat amat jauh berbeda, dulu tepat setahun yang lalu saat pertama ku ayunkan kaki tuk menuju tempat itu hatiku tertawa penuh kegembiraan. Karena ku yakin semua pasti akan berjalan indah. Namun kini semua berubah seiring dengan berjalannya waktu. Aku tak lagi bisa merasakan kebersamaan seperti dulu setiap harinya. Aku tak lagi bisa berdiri di tempat itu dengan semua cerita yang telah ku tata rapi di buku harianku.

Kini aku telah berjalan satu langkah lebih depan di banding dahulu. Ya, semua berganti. Wajah baru yang ku temui, meski aku telah kenal mereka. Sikap baru yang ku lihat, meski aku telah lama tahu itu. Entahlah kenapa aku merasa bahwa semua tak kan seindah dulu.

Bukan karena aku tak bisa beradaptasi, bukan karena aku tak mengenal mereka. Tapi itu karena aku tak biasa, tak biasa dengan suasana yang kini tercipta. Dulu aku slalu menjalaninya penuh kebersamaan, membaur menjadi satu bersama bintang. Berdebat untuk mencapai suatu mufakat. Saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Tapi kini apa yang terjadi. Tak ada kebersamaan disini, semua menjalani kesibukan masing-masing. Semua melangkah tanpa mempedulikan yang lain.

Argh, inilah yang paling aku benci. Bagaimana bisa aku menjalaninya nanti, jika sejak awal saja aku sudah lelah melihatnya. Bagaimana bisa aku menginginkan cerita indah seperti dahulu, jika sejak awal saja hatiku miris memimpikannya.

Huuuffftttt...
Aku merindu kalian...
Aku merindu semua cerita kita, aku selalu memimpikan semua kisah yang kita rangkai dahulu. Dan aku selalu berharap bahwa mereka bisa seperti kalian.

Seperti kalian yang selalu di hati :)

Kabut Senja

Dalam hening aku menerawang...
Dalam sunyi aku berfikir...
Dalam diam aku tersentak...
 
Hatiku yang bergemuruh...
Seketika kelu...
Saat mendengar satu pernyataan tak terduga darinya...
Kembali terpekur dalam senja yang mulai menyambut...
Aku diam seribu bahasa...
 
Gerimisku pecah...
Hatiku di sayat...
Di iris...
Di siram air garam...
Lalu di buang di bawah teriknya matahari...
 
Pedih...
Perih...
Pilu...
Semua jadi satu...
 
Satu pertanyaan yang seharusnya menjadikan hati tersenyum...
Tapi justru membuat batin menangis...
 
Dia ?
Bukan orang spesialku...
Bukan kupu-kupu masa laluku...
 
Dia ?
Orang yang membuat aku terisak perih...
Dalam balutan langit senja...
Membuat aku merasakan kembali sakit itu...
 
Kenapa aku harus serapuh ini...
Kenapa aku takut menyakitinya...
Kenapa terlalu sulit bagiku untuk memutuskan pilihan...
 
Kemana hilangnya kekuatanku...
Apa tegar itu tlah jauh di bawa terbang angin...
Dan tak kunjung menemukan peraduannya...
Aku yang kini bagai kapas yang siap di terbangkan angin...
Pasrah dengan keadaan yang memaksakan aku untuk tak bahagia...
 
Kembali terpekur...
Duduk termangu di hadapanya...
Dalam balutan elegi yang apabila di sentuh akan melukai pemiliknya...
 
Namun dia...
Dia terlalu sabar untukku...
Dan satu hal yang sukses meyakinkan kalbu...
Bahwa dia sosok sempurna...
 
Tak ingin lama terjerat cinta semu...
Ku pilih dia pengganti cerita lama...
Ku tersenyum pasti...
Walau tak bisa ku pungkiri bahwa ada beban disana...
 
Kini senja tersenyum manis padaku...
Seakan ingin mengucapkan selamat atas pilihanku...
Kini mereka berteriak atas kebahagian sesaat ini...
Kebahagiaan yang menyiksa...
Bukan menghangatkan...
 
Ku arungi gelombang penuh beban...
Hingga ku tautkan hatiku untuknya...
Ku lepas masa lalu...
Ku biarkan sang merpati terbang...
Kini anganku hanya untuk dia...
Kini sayangku milik dia...
 
Semakin lama ku mengenalnya...
Semakin sakit jika aku tak bisa menyayangnya sepenuh hati...
Asaku menangis jika aku tak bisa membalas pelukan hatinya...
 
Sesaat...
Ku lewati hari penuh makna bersamanya...
Penuh canda yang membuatku mampu sejenak melupakan merpati...
Hingga tanpa ku sadari merpati itu muncul saat aku mulai yakin jika aku sayang dia...
Merpati itu seakan ingin menggodaku untuk tetap harus mengingat masa lalu...
Merpati itu seolah tak rela jika aku harus mengganti posisinya...
 
Ku jalin persahabatan...
Ku peduli akan ceritanya...
Ku perhatikan setiap jalan yang merpati tempuh...
Tak ingin ku buat seolah aku melupakannya...
Tapi dia merasa beda...
Dia merasa aku lebih peduli akan merpati...
 
Dia ?
Sungguh salah besar...
Sejak hadirnya aku memilih menitipkan hatiku untuknya...
Sejak hadirnya aku memutuskan untuk tak lagi mencintanya...
Meski sulit tapi tetap ku coba...
 
Tak ku hiraukan seberapa sering batin menangis...
Sekencang apa kalbu berteriak...
Yang ku tahu aku harus belajar dan terus belajar...
Sampai aku bisa mencintanya...
 
Kini senja kembali menyapaku...
Seakan ingin memaksaku untuk bercerita...
Tapi kini sungguh beda...
Aku merasa ada sesuatu yang hilang...
Aku merasa hampa...
 
Tak ingin lama termangu ku paksa hati untuk kembali tegar...
Saat ku sadari dia telah jauh pergi...
Meninggalkan aku dalam sakit yang tak berujung...
 
Ku tanya langit...
Ku tanya hati...
Kemana...Kemana hilangnya janji hari itu ?

Rabu, 18 Juli 2012

Rindu Melodi

Malam sunyi mulai mencekam bumi, membuat mata mengalami kantuk yang begitu mendera. Sentuhan belai angin pun mulai memanjakan dengan semua kelembutan yang ia miliki untuk seseorang yang kini sedang di peluk mimpi.

Di serang alam bawah sadar yang mulai menjalar, ada sebuah cahaya terang yang membangunkanku di alam mimpi. Peri-peri cantik mulai menarikku menuju sebuah lapangan. Ku lihat seksama, ku pusatkan perhatian pada barisan rapi yang panjang itu aku kenal mereka dan aku sangat hafal dengan apa yang mereka lakukan sekarang. Entah angin apa yang kini membantu mendorong kakiku tuk segara bergabung dengan mereka.

“Ta, ayo kita udah telat...” ujar seorang temanku dengan cemas.

Dengan tatapan tak percaya. Aku mulai sadar, dengan segenap kesadaran itu ku langkahkan kaki dengan pasti. Hatiku mulai membatin benarkah semua ini nyata, benarkah kami akan kembali melakukannya seperti beberapa waktu yang lalu.

Argh, entahlah aku tak mau pusing dengan semua itu. Yang aku ingin saat ini hanyalah menari sebaik mungkin. Sesekali ku lirik mereka yang ada di sekitarku. Inilah orang-orang yang sangat aku rindukan. Orang yang dulu pernah mengukir prestasi untuk sekolah tercinta. Orang yang dulu pernah menghabiskan waktu istirahatnya untuk rela berpanas-panas di tengah lapangan. Orang yang selalu memberikan semangatnya untuk bisa dia tunjukkan bahwa dia sayang, bahwa dia cinta dan dengan usaha yang di iringi do’a bersama mampu membawa nama sekolah dengan baik.

            Senyumku mulai tersungging, ku peluk erat mereka para seniorku. Ku bisikkan pada mereka betapa aku sangat merindukan saat-saat seperti ini. Betapa aku sangat rindu melodi indah yang dulu selalu  bisa ku dengarkan. Betapa aku sangat sayang akan semua yang kini terlihat jelas di hadapanku. Tak bisaku gambarkan betapa bahagianya aku berkumpul bersama mereka lagi.

Kembali ku lirik mereka sekali lagi, namun kali ini semua samar-samar . Semua abu-abu. Dan kembali gelap. Peri-peri cantik itu mengembalikanku dalam buai angin malam. Membiarkan aku kembali dengan kerinduan yang masih mencekam.

Gelisah mulai mendera, mentari pagi mulai merayap. Kicau burung membangunkanku. Ku kerjapkan mata, ku tatap sekeliling. Oh, ternyata semua hanya mimpi. Tubuhku lemas seketika, saat aku mulai sadar bahwa semua memang hanya mimpi, bunga tidurku tadi malam yang sepertinya enggan menjelma nyata. Ingin ku luapkan semua emosi yang kini menggelora di hati, ingin ku lepas rasa rinduku pada mereka. Ingin ku lepas rasa rinduku pada melodi.

Oh, Rabb ..
Aku ingin, bahkan aku sangat berharap bisa kembali seperti waktu itu. Berkumpul dan berjuang bersama atas nama sekolah. Robb, aku yakin nanti jika memang saatnya aku pasti di pertemukan lagi dengan mereka yang pasti akan lebih hebat dari sebelumnya. Aku yakin itu!

Dan satu hal yang pasti, aku bangga pernah menjadi bagian dari mereka!

Satu Tahun Bersama Bintang

Dentang jarum jam yang terus berjalan, melewati setiap detik yang kini hanya menyisakan serpihan kenangan. Bagian diary hidup yang pernah terukir di sudut hati. Warna-warni cerita yang tak lagi bersembunyi di balik putihnya kanvas. Kini semua tlah membekas di relung kalbu.

Berjalan dan terus berjalan. Hingga langkah ringanku sukses membuat ku terpekur dalam sunyi, hingga hati hanya mampu berdesis secepat inikah waktu berlalu. Ya, satu tahun. Waktu yang sangat singkat bukan? Rasanya baru kemarin aku mengenal kalian. Baru kemarin aku bertanya siapa namamu? Bolehkah aku menjadi temanmu?

Namun kini, semua bukan hanya sebuah pertanyaan lagi. Semua nyata! Saat ku sadari aku telah membaur menjadi satu bersama kalian. Tersenyum pasti dengan para bintangku, siap menyongsong hari baru yang akan semakin indah. Merekahkan sekuncup bunga yang apabila di sentuh dengan lembut pasti akan mekar dengan sangat sempurna. Dan seperti itulah aku ingin mengukir cerita bersama bintang.

Terkadang tak bisa ku ungkap apa maunya hati. Saat ku sadari waktu ku bersama kalian akan semakin berkurang. Baru saja!  Baru beberapa waktu lalu ku injakkan kaki di tempat itu, tempat yang kini menjadi saksi bisu suka duka masa putih abu-abu. Namun kini sepertinya waktu mulai enggan berjalan lambat, ia ingin secepatnya menghantarkan kita menuju pintu masa depan yang telah lama menunggu.

Jika kata orang putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Dengan gerak pasti aku akan mengangguk iya. Semua memang bukan hanya sebuah pernyataan semu, belaka dan mengada-ngada. Semua terbukti setelah ku lewati satu tahun penuh goresan indahnya pelangi yang mulai menampakkan wujudnya di hadapanku.

Yaa, satu tahun terakhir yang ku lewati bersama kalian memang sangat menggugah hatiku untuk slalu bisa mengenangnya. Dalam canda, tawa, bahkan tangis. Takkan pernah ku hapus dalam ingatanku walau hanya sepercik pun.

Dalam sunyi ku ungkap isi hatiku, yang selalu ingin mengatakan bahwa aku senang mengenal kalian. Aku senang bisa melewati hari, membunuh waktu bersama kalian. Berkat kalian aku banyak belajar, dalam sebuah ikatan persahabatan, kebersamaan, ketulusan, keikhlasan, kebersamaan, ketegaran bahkan cinta.

Yaa, Satu tahun!
Tentunya bukan hanya hal indah yang di rasakan, hidup memang tak selamanya sempurna. Di balik semua keindahan itu, pasti ada sebuah luka yang pernah tergores. Ada sebongkah kemarahan yang pernah terpendam. Dan mungkin pernah ada sebuah kebencian. Dan jika mungkin aku juga pernah melakukan sebuah kesalahan yang ku sengaja mau pun tidak, dengan segenap ketulusan meluncur satu kata yang sangat ingin aku ucap yaitu, MAAF!

Satu hal lagi dan sebelum semua terlambat aku juga sangat ingin mengatakan ribuan bahkan jutaan terima kasih untuk kalian yang pernah menjadi bagian dari diary hidupku. Pelengkap bumbu duniawi.