Hari ini sentuhan lembut angan
kembali menarik hatiku ke masa lalu. Sejenak terdiam penuh keraguan. Perlahan
ku buka laci meja coklatku, ku ambil sebuah album merah muda yang kini pudar,
penuh debu. Sangat kusam. Dengan hati-hati ku sentuh album merah mudaku, tuk
sedikit membersihkan butiran debu yang kini berlumuran di atasnya.
Dengan ekspresi tak percaya
kini aku berani menyentuhnya lagi, sejenak tenggelam dalam angan masa lalu.
Bagai ada magnet yang terus memaksa hati untuk mulai membuka halaman pertama
albumku. Senyum kecut kembali ku perlihatkan, tinta emas yang melukiskan
tulisan di halaman itu sukses membuat mataku berkaca-kaca.
Album merah muda tanda cinta
masa lalu. Tempat aku menyimpan kenangan bersamanya. Semua potret semu yang
memberikan kesan mendalam di dasar kalbu. Setiap lembar yang ku buka lembut,
penuh kehati-hatian. Aku terlalu takut merusaknya.
Tumpuan mata yang slalu
tertuju pada bintang semu yang dulu bersinar terang. Termangu aku di buatnya.
Ruang waktu yang memisahkan terlalu kejam untukku, hingga gerimisku kembali
pecah menjadi hujan.
Kenangan bersamanya kembali
tayang di televisi di otakku. Berperan layaknya seorang aktor profesional.
Sesaat ku biarkan anganku menerawang jauh, menari bersama potret semu bintang
hatiku.
Namun, sekejab segera ku tepis
semua itu. Dengan kasar ku tutup album merah mudaku. Ku letakkan dengan keras
di tempat semulanya. Tangisku semakin menjadi. Batinku mulai bertanya aku yang
terlalu rapuh atau dia yang terlalu kejam di skenario ini.
Argh...Sudahlah biarkan semua
berlalu. Biarkan aku menutup hatiku, seperti aku menutup album merah muda itu.
Biarkan aku menguburnya sedalam mungkin. Biarkan ia menjadi serpihan kenangan
indah dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar