Sabtu, 18 Juli 2015

[Review] Assalamualaikum Beijing!



Judul                            :  Assalamualaikum Beijing!
Penulis                         :  Asma Nadia
Penerbit                       :  AsmaNadia Publishing House
Cetakan keenam          :  Agustus 2014
Tebal                           :  360 halaman
ISBN                           :  978-602-9055-25-2



Ajarkan aku mantra pemikat cinta Ahei dan Ashima, maka akan kutaklukan penghalang segala rupa agar sampai cintaku padanya.

Dewa dan Ra adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta. Namun, arah angin mengubah Dewa. Sebagai busur, dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panah melesat tanpa daya.

Sebagai laki-laki pengagum mitologi, Zhongwen ibarat kesatria tanpa kuda. Sikapnya santun dan perangainya gagah, tapi langkahnya tak tentu arah. Dia berburu sampai negeri jauh untuk mencari Tuhan sekaligus menemukan Asma, anak panah yang sanggup meruntuhkan tembok besar yang membentengi hatinya.

Dan di manakah Ra ketika dalam kegamangan Asma menelusuri Tembok China, menjejakkan kaki di pemakaman prajurit terakota dan menjelajah dunia dongeng si cantik Ashima dari Yunnan?

Dua nama, satu cinta. Ra yang mencampakkan Dewa. Asma yang berjuang melupakan lelaki berahang kukuh yang diam-diam memujanya. Bersama, mereka mencoba menaklukkan takdir yang datang menyapa.
,,,,


Seperti kemarin, pagi ini aku terbangun dan menemukan wajahnya di sisi pembaringan.

Seperti kemarin, dia mengejutkanku dengan senyum dan dengan nada yamg nyaris sama ditikamnya rasa percayaku, “Saya, suamimu!” katanya.

Dan seperti kemarin, aku memandangnya dengan keraguan yang terus menggelepar. Jika benar laki-laki itu takdirku, kenapa potretnya tak membekas dalam ingatan?

‘Assalamualaikum Beijing!’ adalah novel pertama dari Bunda Asma Nadia yang saya baca dan langsung jatuh cinta dengan ceritanya. Novel ini memiliki kekuatan sendiri dalam merebut hati pembacanya. Memiliki jiwa di setiap kata-katanya, cerita yang benar-benar hidup. Romantis, puitis, tapi tetap religius. 

Adalah Dewa dan Ra yang sudah berpacaran sejak bangku kuliah. Keduanya sudah menyusun rencana-rencana indah untuk masa depan mereka. Pernikahan mereka sudah di ambang pintu, persiapan hampir matang. Tapi satu kesalahan fatal Dewa membuyarkan semua rencana yang sudah tersusun rapi itu.

Dewa mengakui penghianatannya pada Ra dan terpaksa harus menikahi Anita, teman sekantornya yang sudah lama mengincar Dewa.

Dalam kegamangan karena cinta Asma memutuskan menerima tawaran bekerja di Beijing, dalam perjalanan ke sana ia bertemu dengan Zhongwen pemuda asli Beijing yang selalu bersikeras memanggilnya Ashima, kerena menurutnya Asma memiliki kesamaan dengan tokoh Ashima dalam mitologi Ashima dari Yunnan.

Lewat perkenalannya dengan Asma, Zhongwen mendapat pencerahan tentang Islam, ia mulai tertarik dengan Islam, beberapa kali ia mengunjungi masjid Niujie dan akhirnya mendapat hidayah menjadi seorang mualaf. Karena hal itu Zhongwen harus terusir dari rumahnya dan meninggalkan keluarganya sebab ayahnya sangat menentang Islam.

Bagi Zhongwen semua yang dilakukannya tidaklah sebanding dengan pengorbanan Mush'ab bin Umair, sahabat Nabi Muhammad saw yang rela melepaskan harta, kedudukan, dan kehormatannya demi membela agama Allah, ia harus kehilangan kedua tanganya demi mempertahan tegaknya bendera Islam, tetap meneriakkan betapa ia mencintai Islam dengan segenap jiwanya meskipun sakit menjalar ditubuhnya. Hingga akhirnya ia mati syahid di medan pertempuran. Subhanallah.

Di saat yang bersamaan Dewa yang tidak pernah menerima pernikahannya dengan Anita, kembali mencari tahu kabar Ra lewat sosial media, ia selalu memandang foto Ra yang masih disimpannya. Mengetahui hal itu sempat membuat Anita kesal, tapi ia tetap memenuhi semua kebutuhan Dewa seperti pesan ibunya. Meskipun semakin hari ia semakin makan hati dengan sikap Dewa.

Asma divonis menderita APS penyakit yang berhubungan dengan pengentalan darah, kerena itu Asma harus mengalami sakit yang luar biasa. Penderita penyakit ini divonis akan sulit memiliki keturunan dan akan sering mengalami keguguran. Asma bahkan tidak dianjurkan untuk hamil dan melahirkan.

Berulang kali Asma masuk rumah sakit, untungnya mama dan Sekar sahabatnya selalu ada di sampingnya. Gadis luar biasa itu benar-benar ajaib, keinginan sembuhnya sangat kuat terbukti dari beberapa kali penyakit itu menyerang anggota tubuhnya hingga sulit bergerak dan harus rela melepaskan pekerjaannya Asma tidak pernah mengeluh. Ia justru ikut menguatkan pasien lainnya yang sama-sama sedang berjuang melawan penyakitnya.

Di sisi lain, Zhongwen yang kehilangan kabar Ashima-nya mendarat ke Indonesia hanya untuk bertemu Asma dan memantapkan hatinya. Tapi saat tiba di rumah Asma penyakit gadis itu kumat lagi dan nyaris membuatnya buta. Zhongwen dengan setia ada di samping Asma, hingga gadis itu sadar dan ia memberanikan dirinya untuk melamar Asma.

Zhongwen, Sekar, dan Mama dibuat gelisah saat menanti jawaban Asma, hingga akhirnya ia mengangguk mantap. Pernikahan sederhana mereka berlangsung khidmat. Tapi sayangnya takdir berkata lain. APS Asma kumat, dia harus dirawat lagi.
 
Berminggu-minggu Asma koma, hari demi hari Zhongwen tetap setia menemani istrinya, seperti prinsipnya pengorbanan yang ia lakukan belum sebanding dengan pengorbanan Ahei pada Ashima. Betapa terkejutnya Zhongwen saat Asma sadar, Asma harus kehilangan memorinya.

Zhongwen tidak menyerah bersama Mama Asma dan Sekar ia membantu proses penyembuhan Asma dan tidak pernah meninggalkan gadis itu.

Dua tahun berlalu, kondisi Asma sudah mulai membaik. Atas usul mamanya ia pergi berlibur dengan Zhongwen sebagai pengganti kado pernikahan yang tertunda. Satu tahun kemudian Asma mengandung dan melahirkan dengan normal mematahkan semua larangan dokter. Dan dua tahun kemudian anak kedua mereka lahir dengan normal.

Kisah yang sangat mengharukan dan sarat akan makna. Sangat cocok untuk dibaca anak-anak Indonesia yang sering galau karena cinta. Di dalam novel ini juga banyak quote dari Bunda Asma yang sangat manis. Puitis juga romantis.

Ajarkan aku mantra pemikat cinta Ahei dan Ashima, maka akan kutaklukkan penghalang segala rupa agar sampai cintaku padanya.

Kesalahan terbesarku adalah: aku mencintaimu, tetapi tak berpikir tentangmu.

Ingin kuhapus kabut yang luruh di wajahmu. Sampai tak bersisa kembang bermekaran. Sampai berpulang si burung  pengembara.

Api yang menari di matamu menguapkan rindu hingga pucuk keheningan.

Tak akan kau temukan aku terkapar sebab kekalahan serupa api bagiku yang membakar belukar di tiap jalan.

Tak kupedulikan luka dan impian sebab menemukan-Mu adalah tujuan.

Sekumpulan angin yang berbisik di antara kapak sepasang merpati juga nyanyian mistis tetes hujan saat pertunangan bunga dan kupu-kupu. Jika pernah kau mendengarnya, maka begitulah aku padamu.

Tak kutawarkan duka untukmu, walaupun berabad aku berlari dan mimpi kian terkapar diperangkap waktu.

Kamu tahu, seorang ayah mungkin pergi. Namun, setiap ibu akan terus menemani.

Di antara rembulan yang tersembunyi dalam gelap dan gemerisik angin yang datang dari kejauhan ke mana akan kubisikkan cinta?

Meskipun sang kala tajam menatapmu, tak surut tanganku terentang menyambutmu.

Aku tak ragu mengatakan, bersama denganmu walaupun sebatas embusan angin kunamai ia anugerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar